
thrift fashion Indonesia 2025 menjadi fenomena besar yang mengubah wajah industri mode nasional. Di tengah gempuran fast fashion global yang menawarkan pakaian baru setiap minggu, generasi Z Indonesia justru berbondong-bondong memburu pakaian bekas berkualitas dari toko online, pasar loak, hingga bazar komunitas.
Bagi Gen Z, thrifting bukan sekadar cara hemat, tetapi bentuk ekspresi diri, perlawanan terhadap budaya konsumtif, dan dukungan pada keberlanjutan lingkungan. Mereka bangga memakai pakaian secondhand asal terlihat unik, estetik, dan punya cerita.
Tren ini menandai perubahan besar budaya konsumsi fashion dari membeli cepat dan membuang cepat (buy fast, throw fast) menuju memakai lama dan memberi makna.
Latar Belakang Meledaknya Tren Thrifting
Lonjakan thrift fashion Indonesia 2025 dipicu oleh kombinasi faktor ekonomi, sosial, dan budaya.
Pertama, faktor ekonomi. Harga pakaian baru dari brand besar makin mahal seiring inflasi dan pelemahan daya beli pasca-pandemi. Thrift memberi solusi fesyen murah: satu outfit bisa didapat hanya dengan puluhan ribu rupiah.
Kedua, faktor sosial. Gen Z sangat peduli isu lingkungan. Mereka tahu industri fashion menyumbang 10% emisi karbon global dan jutaan ton limbah tekstil setiap tahun. Thrifting dianggap cara nyata mengurangi limbah dengan memperpanjang usia pakaian.
Ketiga, faktor budaya. Media sosial mempopulerkan gaya “mix and match” unik yang tidak bergantung tren musiman. Pakaian thrift yang langka dan vintage memberi kesan eksklusif. Ini cocok dengan keinginan Gen Z untuk tampil beda.
Keempat, faktor komunitas. Toko thrift berkembang sebagai ruang sosial tempat anak muda saling berbagi tips fashion, berburu harta karun vintage, dan membangun identitas bersama di luar arus utama fast fashion.
Ekosistem Bisnis Thrift Fashion
Pertumbuhan thrift fashion Indonesia 2025 memunculkan ekosistem bisnis yang sangat aktif dan kreatif.
Ribuan toko thrift online bermunculan di Instagram, TikTok, Shopee, dan Tokopedia. Mereka menjual pakaian bekas impor dari Jepang, Korea, Eropa, hingga Amerika yang dikurasi ulang. Beberapa toko fokus pada kategori khusus seperti jaket vintage, celana jeans high waist, atau baju branded preloved.
Pasar offline juga tumbuh pesat. Banyak kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya punya bazar thrift mingguan yang ramai pengunjung. Beberapa bahkan menjadi destinasi wisata anak muda.
Selain penjual, muncul pula jasa pendukung seperti laundry premium khusus barang thrift, jasa kurasi outfit, hingga content creator yang mereview toko thrift.
Ekosistem ini menyerap ribuan tenaga kerja muda — dari pengumpul barang, penjual online, fotografer produk, sampai kurir — menjadikannya bagian nyata dari ekonomi kreatif.
Gaya dan Estetika Thrift Fashion
Ciri khas utama thrift fashion Indonesia 2025 adalah keberagaman gaya dan kreativitas tinggi.
Tidak ada aturan baku. Setiap orang menciptakan gaya sendiri dari potongan pakaian bekas yang mereka temukan. Beberapa gaya populer di kalangan Gen Z antara lain:
-
Y2K vintage — crop top, rok mini, celana low waist, dan kacamata kecil ala awal 2000-an.
-
Old money / preppy — blazer oversized, kemeja oxford, rok lipit, dan loafers klasik.
-
Streetwear retro — hoodie oversized, jaket varsity, sepatu skate, dan jeans longgar.
-
Boho-chic — dress floral, tas anyaman, dan aksesori kayu handmade.
-
Workwear vintage — overall denim, jaket kerja Jepang, dan sepatu kulit tua.
Kebebasan berekspresi ini membuat thrift fashion terasa lebih personal dibanding fast fashion yang seragam.
Dampak Lingkungan Positif
thrift fashion Indonesia 2025 memberi dampak besar terhadap pengurangan limbah tekstil.
Industri fashion global memproduksi sekitar 92 juta ton limbah tekstil per tahun. Dengan membeli pakaian bekas, usia pakai pakaian diperpanjang dan jumlah limbah yang dibuang berkurang.
Thrift juga mengurangi permintaan produksi pakaian baru, sehingga menurunkan konsumsi air, energi, dan emisi karbon dari pabrik tekstil.
Beberapa komunitas bahkan mengadakan program clothing swap untuk bertukar pakaian antaranggota tanpa transaksi uang, memperpanjang umur pakaian lebih lama lagi.
Gerakan ini selaras dengan target keberlanjutan nasional dan menunjukkan bahwa anak muda bisa menjadi motor penggerak gaya hidup ramah lingkungan.
Dampak Sosial dan Budaya
Pertumbuhan thrift fashion Indonesia 2025 juga membawa dampak sosial-budaya besar.
Tren ini menantang standar kecantikan mainstream yang seragam. Anak muda bebas mengekspresikan identitas mereka lewat pakaian unik tanpa takut dianggap “tidak kekinian”.
Thrifting juga menumbuhkan solidaritas komunitas. Banyak toko kecil dijalankan kelompok teman atau keluarga, dan pembelinya sering membentuk komunitas loyal yang saling mendukung.
Selain itu, thrifting membantu menumbuhkan apresiasi terhadap nilai sejarah dan craftsmanship pakaian lama. Banyak anak muda kini tertarik belajar tentang bahan, teknik jahit, dan label vintage.
Fenomena ini membuat fashion bukan lagi soal status sosial, tapi soal kreativitas dan cerita personal di balik pakaian.
Peran Media Sosial dan Influencer
Media sosial memegang peran penting dalam meledaknya thrift fashion Indonesia 2025.
Instagram dan TikTok dipenuhi video haul thrift, tips mix-and-match, dan tutorial styling barang preloved agar terlihat mewah. Banyak influencer mode kini justru bangga memakai barang bekas dan menandainya dengan hashtag #ThriftHaul atau #PrelovedStyle.
Platform e-commerce juga menyediakan fitur khusus untuk barang secondhand, membuat proses jual beli lebih mudah, aman, dan terpercaya.
Algoritma media sosial yang mendorong konten kreatif mempercepat viralnya gaya thrift anak muda, membuat tren ini masuk ke arus utama.
Tantangan yang Dihadapi
Meski berkembang pesat, thrift fashion Indonesia 2025 juga menghadapi beberapa tantangan.
Pertama, regulasi impor. Banyak pakaian thrift berasal dari barang bekas luar negeri yang secara teknis dilarang masuk tanpa izin karantina. Pemerintah mulai memperketat aturan untuk mencegah masuknya pakaian bekas rusak atau terkontaminasi.
Kedua, stigma barang bekas. Sebagian orang tua masih menganggap pakaian bekas tidak higienis atau “untuk orang tidak mampu”, meski generasi muda mulai mengubah pandangan ini.
Ketiga, masalah limbah baru. Ironisnya, jika tidak dikendalikan, lonjakan pembelian thrift bisa memicu penumpukan pakaian tak terpakai di rumah yang akhirnya dibuang kembali.
Keempat, tantangan branding. Banyak toko kecil kesulitan membangun citra profesional karena masih dikelola secara informal, padahal permintaan pasar meningkat pesat.
Kelima, fluktuasi pasokan. Pasar barang bekas bergantung pada donasi atau impor kontainer, sehingga stok sering tidak konsisten.
Peluang Masa Depan Thrift Fashion
Meski ada tantangan, peluang thrift fashion Indonesia 2025 ke depan sangat besar.
Permintaan pasar domestik terus tumbuh, sementara pasar ekspor preloved Asia Tenggara juga terbuka luas. Banyak anak muda Indonesia mulai menjual pakaian bekas curated ke Singapura dan Malaysia secara online.
Beberapa startup mulai membuat platform khusus thrift dengan sistem rating penjual, verifikasi barang, dan fitur rekomendasi berbasis AI. Ini meningkatkan kepercayaan konsumen dan mempercepat transaksi.
Pemerintah juga mulai mempertimbangkan regulasi baru untuk mendukung ekonomi sirkular fashion, seperti skema daur ulang tekstil dan insentif pajak bagi bisnis preloved.
Dengan dukungan ekosistem yang tepat, thrift fashion bisa menjadi tulang punggung industri fashion berkelanjutan Indonesia di masa depan.
Kesimpulan
thrift fashion Indonesia 2025 menandai revolusi budaya mode anak muda Indonesia. Dari sekadar pilihan hemat, thrifting berubah menjadi simbol kreativitas, keberlanjutan, dan kebebasan ekspresi.
Gerakan ini membantu mengurangi limbah tekstil, menciptakan lapangan kerja kreatif, dan melawan budaya fast fashion yang boros sumber daya.
Meski ada tantangan seperti regulasi dan stigma, arah pertumbuhannya sangat positif. Thrift fashion menunjukkan bahwa gaya tidak harus mahal — cukup orisinal, sadar, dan bermakna.
Referensi Wikipedia